YEORI'S STORY LOVE
FANS FICTIONS CAST SUJU
PART7
"Donghae’s
cry"
“Hyung,
keluarlah dari kamar! Kita harus pergi. Kau tidak apa-apa?” Teuki oppa
berteriak-teriak didepan pintu kamar Donghae oppa ketika aku sampai disana
untuk mengantar personel Super Junior melakukan pemotretan. Tadi pagi Donghae
oppa sempat keluar untuk sarapan, setelah itu dia masuk ke kamar dan tidak
keluar lagi padahal jam menunjukan pukul enam sore. Tadi siang saja Donghae
oppa tidak mengikuti latihan koreo. Semua orang seketika bingung. Takut Donghae
oppa melakukan hal-hal yang tidak diingingkan.
“Hyung?
Apa kau sakit? Jawablah kami, setidaknya kami tidak terlalu khawatir dengan
keadaanmu. Hyung !!” Teriakan Sin Ka kakaknya saja masih tidak digubris.
“Aku
dari tadi sudah ditelfon oleh management. Baiklah, Yeori, kau tetap disini
berusaha membujuk Donghae keluar. Kami berangkat dulu. Karena ini sudah
kewajiban kami.” Teuki oppa sangat bijaksana.
“Baik
oppa, aku akan membujuk Donghae oppa.” Aku hanya bisa berbuat itu.
“Oh
ya, Yeori. Jika ada apa-apa langsung telfon aku. Setelah pemrotetan aku akan
segera kembali.” Teuki lalu bergegas pergi.
“Aku
yakin Donghae oppa sedang teringat ayah. Jaga adikku baik-baik ya.” Itulah
kata-kata Sin Ka sebelum dia pergi mengantar Suju. Aku kembali ke depan pintu
kamar Donghae oppa. Aku terus bertanya di depan pintu Donghae dengan sedikit
berteriak. Tapi tetap tidak ada tanggapan. Kini sudah hampir sekitar setengah
jam berlalu. Sin Ka datang, tanpa personel Suju.
“Oppa,
kenapa sudah kembali?” tanyaku ketika melihat Sin Ka.
“Aku
kembali untuk melihat keadaan. Nanti aku akan kembali menjeput Suju. Yeori,
bagaimana dengan Donghae? Aku yakin sekali dia sedang teringat ayah. Saat-saat
seperti inilah aku benar-benar menjadi kakak yang tidak berguna. Aku hanya bisa
terdiam, aku gak bisa ngelawan kesedihan yang Donghae rasakan.” Sin Ka bertutur
sambil menerawang jauh ke langit-langit dorm. Tapi belum sempat aku
menyampaikan pendapatku, Sin Ka telah ditelfon untuk menjeput Suju. Dia pun langsung
pergi. Aku kembali menyibukkan diri untuk merayu Donghae oppa keluar dari
kamarnya untuk makan.
“Oppa,
ada masalah apa? Apa kau sedang sedih? Apa kau ingin bercerita? Apa kau...”
sebelum aku sempat menghabiskan kalimatku oppa Donghae keluar dari kamar dengan
mata merah dan sembab.
“Oppa!”
tanpa berkata Donghae oppa langsung
memelukku. Aku hanya bisa diam. Seketika aku ikut merasakan kepedihan Donghae
oppa tentang ayahnya. Saat Donghae oppa terisak dia terlihat sangat lemah,
sangat baik dan sangat manis. Waktu hening berlalu begitu saja. Hangatnya
dekapan Donghae oppa, detak jantungnya yang menahan isak terdengar jelas.
“E..e...
Oppa, sebaiknya kita duduk saja, apa kau mau?” Dengan beratnya oppa Donghae
menegakkan kepalanya dan melepas peluknya. Aku menuntun oppa duduk di sofa.
Oppa Donghae menunduk, duduk, dan diam untuk waktu yang lumayan lama. Dia
kembali terisak, kali ini isaknya sangat dalam. Aku bingung harus berbuat apa.
Dengan spontan aku memeluk Donghae oppa.
“Kadang
sakit itu datang tanpa rambu-rambu. Kadang hati rapuh tanpa ada retakan, kadang
tangis menetes tanpa ada ucapan, kadang...,kadang...,kadang... Tapi itu hanya
kadang-kadang saja. Kenapa kita hiraukan. Kita hanya butuh kepastian, pasti
orang-orang itu selalu peduli saat kita merasa sakit, pasti mereka kuatkan kita
saat hati jatuh berkeping, pasti mereka menghibur saat tangis mengalir.” Aku
terus berceloteh ketika memeluk Donghae oppa.
“Yeori,
kau, kau benar.” Tiba-tiba Donghae oppa duduk tegak, lalu memandangku.
“Gomawoo,
kau menyadarkanku. Apa aku bodoh? Bodohnya aku selama ini. Tak meyadari
anugerah Tuhan yang indah.” Donghae oppa menjuruskan pandangannya seperti tak
berujung.
“Aniya,
kau tidak salah, itu adalah hal wajar yang dialami semua manusia. Mungkin saat
ini aku bisa menguatkanmu, tapi entah untuk besok atau lusa atau kapan mungkin
aku akan lebih rapuh darimu, tak mau menguatkan diriku sendiri. Itu wajar
oppa.”
“Antar
aku ke jembatan Seoul. Aku ingin menenangkan diri.”
Aku
hanya mengangguk mendengar perkataan Donghae tadi. Donghae oppa kembali
terlihat terisak. Aku menggenggam tangan Donghae oppa.
“Apa
yang terjadi?” Tiba-tiba Teuki sudah ada didepanku. Tanganku yang menggenggam
Donghae oppa langsung ku lepas. Jelas sekali terlihat jika Teukilah yang paling
cemas. Dulu, sebelum ayah Donghae meninggal, ayah Donghae pernah mengirim pesan
kepada Teuki agar menjaga Donghae. Jadi, ketika Donghae terlihat berbeda
Teukilah yang paling mencemaskannya.
“Aniya,
mianhe merepotkan dan membuat cemas kalian semua.” Kata Donghae oppa dengan nada
lemah. Donghae oppa langsung masuk ke kamarnya lagi.
“Mwo?
Kenapa dia kembali ke kamar. Apa yang terjadi?” Heechul oppa yang dari tadi
diam mulai berbicara.
“Aku
akan pergi dengan oppa, dia butuh ketenangan. Itu yang dia katakan padaku
tadi.” Aku hanya bisa memberitahu mereka ini, tidak lebih.
“Baiklah,
tenangkan dia yah Yeori, jaga adikku baik-baik.” Sin Ka meletakkan tangannya di
pundakku, tangannya terasa hangat. Terlihat jelas dimatanya kekhawatiran yang
tidak bisa dibendung. Sin Ka memang pernah bercerita dia tidak bisa
mengendalikan adiknya itu ketika sedih teringat ayah.
“Gomawoo,
setidaknya ketika kami letih ada yang bisa membantu menenangkan Donghae.”
Eunhyuk oppa tersenyum manis.
“Kenapa
Donghae lama?” Kyuhyun oppa yang dari tadi seperti tidak peduli kini membuka
mulut.
“Mungkin
kita kembali ke kamar kita saja dulu. Mungkin Donghae sedang canggung bertemu
kita saat dia menangis.” Yesung oppa langsung pergi ke kamar setelah berkata
seperti itu.
“Mungkin
Hyung benar, ayo kita masuk ke kamar.” Sungmin juga langsung pergi.
“Urus
dia baik-baik, Yeori.” Kang-in lalu pergi setelah melepas senyummnya.
Kini
tinggal aku dan Sin Ka. Tiba-tiba Donghae oppa keluar kamar. Dia hanya
tersenyum kepada kakaknya. Donghae oppa langsung munuju mobil. Setelah berpamitan
dengan Sin Ka aku langsung ke mobil dan pergi mangantar Donghae oppa.
Penasaran yaa,Donghae oppa jangan nangis ya. menurut kalian apa yang bakal mereka lakukan di jembatan Seoul? uuuh, don't miss it baby :)